Skip to main content
search
0

Intro:
Kami menulis buku ini sebagai respons atas banyaknya pertanyaan yang kami terima secara online, di meetups, dan di Bitcoin House di Bali yang menanyakan apakah Bitcoin dianggap sebagai kripto. Untuk mengakhiri kesalahpahaman ini sekali dan untuk selamanya, kami menulis buku gratis ini dalam bahasa Indonesia.
Anda dapat mengakses buku ini secara gratis di DI SINI atau di GitHub. Jika Anda lebih suka salinan fisik, Anda dapat membeli versi cetaknya melalui toko online kami atau mengambilnya langsung di Bitcoin House di Bali. Kami mendorong semua orang untuk memulai perjalanan pembelajaran ini, dan kami berharap Bitcoin membawa nilai dan pemberdayaan finansial bagi Anda dan keluarga Anda.

 

Cover buku baru: "21 Alasan Mengapa Bitcoin Bukan Kripto" oleh Bitcoin Indonesia

Cover buku baru: “21 Alasan Mengapa Bitcoin Bukan Kripto” oleh Bitcoin Indonesia

1. Bitcoin Tidak Memiliki CEO

Bitcoin tidak memiliki CEO atau pemimpin sentral yang bertanggung jawab atas arah atau keputusan proyek. Semua keputusan dalam Bitcoin diambil melalui konsensus komunitas global yang terdesentralisasi. Bitcoin bekerja dengan prinsip bahwa setiap pengguna dan node di jaringan memiliki suara yang sama dalam pengambilan keputusan.
Sebagai perbandingan, Terra (yang mengembangkan stablecoin UST dan token LUNA) dipimpin oleh Do Kwon sebagai CEO Terraform Labs. Do Kwon memiliki kewenangan besar dalam pengambilan keputusan dan arah teknis proyek. Pengaruh terpusat ini membuat keputusan penting—seperti mempertahankan nilai UST meskipun tekanan pasar ekstrem—berada di tangan satu entitas, yaitu Do Kwon dan tim intinya.
Contoh:
Do Kwon secara aktif mendorong model stablecoin algoritmik UST dan mempertahankannya melalui strategi internal meskipun menghadapi risiko besar. Ketika sistem gagal, keputusan-keputusan terpusat ini menyebabkan keruntuhan nilai LUNA dan UST, yang kemudian menghapus lebih dari $40 miliar kapitalisasi pasar hanya dalam beberapa hari. Bitcoin tidak memiliki sistem pengambilan keputusan terpusat seperti itu, di mana sistem kontrol komunitas yang luas menyeimbangkan keputusan-keputusan tersebut.

Sumber:
euronews.com
sec.gov

 

2. Bitcoin Tidak Memiliki Yayasan Pengelola

Bitcoin tidak memiliki yayasan atau lembaga yang mengendalikan atau memfasilitasi pengembangan jaringan atau kebijakan teknisnya. Tidak ada organisasi yang bertanggung jawab secara langsung untuk Bitcoin. Ini menjadikannya berbeda dari kripto lainnya seperti Ethereum, yang memiliki Ethereum Foundation, yaitu organisasi nirlaba yang didirikan oleh para pendiri Ethereum. Yayasan ini memiliki dana, tim, dan struktur organisasi untuk mengelola pengembangan Ethereum serta mendukung inisiatif dalam ekosistemnya.
Contoh:
Ethereum awalnya menggunakan algoritma konsensus Proof-of-Work (PoW), sama seperti Bitcoin, yang mengandalkan kekuatan komputasi (mining) untuk memverifikasi transaksi dan mengamankan jaringan. Namun, pada 15 September 2022, Ethereum melakukan “The Merge”, yaitu transisi dari PoW ke Proof-of-Stake (PoS). Transisi ini dipimpin dan difasilitasi oleh Ethereum Foundation bersama dengan pengembang inti Ethereum.

Sumber:
ethereum.org

Mengapa ada tikus mati di logo Ethereum?

3. Bitcoin Tidak Memiliki Pre-Mine

Bitcoin diluncurkan tanpa pre-mining, yang berarti tidak ada koin yang ditambang atau dialokasikan terlebih dahulu untuk pendiri, tim, atau investor sebelum dirilis kepada publik. Sebaliknya, banyak proyek kripto lain seperti Solana, Cardano, atau Ethereum memiliki pre-mining, di mana sejumlah besar token diberikan kepada pendiri atau investor awal sebelum token tersebut diperdagangkan di pasar terbuka. Ini memberi para pendiri dan investor awal keuntungan signifikan dalam mengendalikan pasokan awal dan harga koin.
Contoh:
Ethereum pada awalnya melakukan ICO (Initial Coin Offering) pada tahun 2014 untuk mengumpulkan dana dan mendistribusikan ETH kepada investor awal. Hal ini memberi tim pengembang dan investor awal kendali lebih besar atas jumlah token yang tersedia sebelum proyek diluncurkan secara luas.

 

4. Bitcoin Tidak Memiliki Orang Dalam

Bitcoin tidak memiliki “insider” dalam artian tidak ada individu atau grup yang memiliki akses eksklusif atau kontrol penuh atas aset dan keputusan jaringan. Semua transaksi dan perubahan jaringan Bitcoin transparan dan dicatat di blockchain untuk semua orang melihatnya.
Dalam kripto lain, seperti Binance Coin (BNB), ada kelompok insider atau entitas yang memiliki akses lebih dalam hal kontrol pasokan dan keputusan strategis yang berpengaruh pada harga dan distribusi koin.
Contoh:
Dalam kasus token seperti Binance Coin (BNB), Binance sebagai bursa kripto memiliki kontrol besar atas pasokan token dan dapat mengubah kebijakan atau memodifikasi distribusinya. Para pengembang dan karyawan Binance juga memegang sejumlah besar BNB, yang dapat mempengaruhi nilai pasar koin tersebut.

 

5. Bitcoin Tidak Memiliki Investor Awal

Bitcoin diluncurkan tanpa adanya investor awal yang diuntungkan dengan harga lebih rendah atau distribusi token terbatas. Semua orang memiliki akses yang setara sejak Bitcoin pertama kali diciptakan. Ini berbeda dengan banyak kripto lainnya seperti Solana atau Avalanche yang memiliki investor awal dan pemegang VC (venture capital) yang mendapat keuntungan lebih besar dengan membeli token di harga yang lebih rendah sebelum koin tersebut diperdagangkan di pasar umum.
Contoh:
Solana, misalnya, telah mengumpulkan dana dalam beberapa putaran pendanaan melalui investasi VC sebelum peluncuran publik, memberi investor awal akses ke token dengan harga jauh lebih rendah daripada harga pasar setelah peluncuran.

 

6. Bitcoin Tidak Memiliki Kantor

Bitcoin tidak memiliki kantor fisik atau lokasi yang diatur oleh entitas atau tim pengelola. Jaringan Bitcoin sepenuhnya berbasis di seluruh dunia, dengan ribuan node yang tersebar, yang masing-masing dijalankan oleh individu atau organisasi yang mendukung jaringan tanpa perlu fasilitas fisik.
Sebaliknya, banyak proyek kripto lain seperti Ripple (XRP) atau Cardano memiliki kantor pusat di lokasi tertentu yang memudahkan mereka untuk melakukan pengembangan dan koordinasi proyek.
Contoh:
Ripple memiliki kantor pusat di San Francisco dan tim pengembang yang bekerja di sana. Hal ini memungkinkan Ripple untuk lebih mudah berkoordinasi dengan regulator dan membangun kemitraan dengan lembaga keuangan global. Bitcoin tidak memiliki kantor semacam itu, dan pengembangnya bekerja secara remote, yang meningkatkan sifat desentralisasi jaringan.

 

7. Bitcoin Tidak Memiliki Website

Bitcoin tidak memiliki satu website resmi yang menjadi sumber utama informasi. Ada banyak situs yang menyediakan informasi terkait Bitcoin, tetapi tidak ada situs yang dikelola oleh satu entitas yang mengklaim diri sebagai otoritas resmi Bitcoin. Proyek kripto lainnya, seperti Ethereum atau Polkadot, memiliki situs web resmi yang berfungsi sebagai pusat informasi utama, yang dapat memberikan pembaruan, pengumuman, atau dokumentasi tentang proyek mereka.
Contoh:
Ethereum memiliki situs web resmi di “ethereum.org” yang menyajikan dokumentasi, berita, dan pengumuman tentang setiap pembaruan atau kemajuan jaringan Ethereum. Bitcoin tidak memiliki situs resmi yang dikelola oleh satu entitas, karena jaringan Bitcoin terbuka dan dikelola oleh komunitas.

 

8. Bitcoin Tidak Memiliki Tim Eksekutif yang Dibayar

Bitcoin tidak memiliki tim eksekutif yang menerima gaji untuk menjalankan proyek. Semua pengembang Bitcoin bekerja secara sukarela atau berdasarkan minat mereka dalam desentralisasi dan kebebasan finansial. Sebaliknya, proyek-proyek seperti Ethereum atau Polkadot memiliki tim eksekutif yang dibayar oleh organisasi yang mendukung proyek mereka, seperti Ethereum Foundation atau Web3 Foundation untuk Polkadot.
Contoh:
Ethereum Foundation memiliki tim pengembang yang bekerja penuh waktu dan digaji untuk memastikan Ethereum tetap berkembang dan aman. Bitcoin, di sisi lain, bergantung pada kontribusi dari pengembang sukarela yang ingin memperbaiki dan mengembangkan kode sumber Bitcoin tanpa dibayar.

9. Bitcoin Tidak Memiliki Tim Pemasaran

Bitcoin tidak memiliki tim pemasaran yang dibayar untuk mempromosikan atau memasarkan proyek ini. Sebaliknya, banyak proyek kripto lain seperti Litecoin atau Dogecoin mengandalkan tim pemasaran atau bahkan selebritas untuk mempromosikan dan mendapatkan perhatian media. Bitcoin tumbuh secara organik karena nilai dan prinsip yang diusungnya serta komunitas penggunanya yang aktif.
Contoh:
Dogecoin, misalnya, sangat bergantung pada pemasaran melalui media sosial dan influencer seperti Elon Musk untuk mempromosikan token mereka. Bitcoin tidak memiliki pemasaran yang disponsori dan tetap bertahan melalui kekuatan jaringan dan komunitasnya sendiri.

 

10. Bitcoin Tidak Memiliki Tim Pengembang yang Dibayar

Bitcoin tidak memiliki tim pengembang yang dibayar secara langsung untuk bekerja pada proyek ini. Semua pengembang yang berkontribusi pada pengembangan Bitcoin bekerja secara sukarela atau atas inisiatif mereka sendiri. Banyak kripto lain, seperti Solana atau Cardano, memiliki tim pengembang yang dibayar untuk bekerja pada pembaruan dan perbaikan jaringan.
Contoh:
Solana, misalnya, memiliki tim pengembang yang dibayar oleh perusahaan di belakangnya, seperti Solana Labs, untuk memastikan jaringan berjalan dengan baik dan meningkatkan kapasitas serta fitur-fiturnya. Bitcoin, di sisi lain, bergantung pada pengembang yang bekerja sukarela tanpa kompensasi finansial langsung.

 

11. Bitcoin Tidak Mengalami Hard Fork Terkelola oleh Entitas Sentral

Tidak seperti banyak kripto lain yang sering melakukan hard fork berdasarkan keputusan entitas tertentu atau tim inti, Bitcoin hanya melakukan perubahan besar melalui konsensus komunitas global. Hal ini memastikan stabilitas protokol dan kepercayaan jangka panjang.
Sementara itu, kripto seperti Ethereum pernah melakukan hard fork besar setelah peristiwa DAO Hack pada 2016, yang akhirnya memisahkan Ethereum menjadi ETH dan Ethereum Classic (ETC). Keputusan ini diambil oleh pengembang inti dan yayasan, menunjukkan adanya kontrol terpusat atas protokol.
Contoh:
Ethereum Classic tetap mempertahankan riwayat transaksi yang asli tanpa rollback, sedangkan Ethereum mengembalikan dana investor. Bitcoin belum pernah melakukan rollback atau intervensi sejenis meskipun menghadapi berbagai tantangan sejak awal.

12. Bitcoin Tidak Memiliki Harga Awal

Bitcoin tidak memiliki harga awal atau harga yang ditentukan sebelum diluncurkan. Harga Bitcoin terbentuk melalui pasar terbuka berdasarkan permintaan dan penawaran. Proyek-proyek kripto lainnya, seperti Ethereum atau Binance Coin, seringkali memiliki harga awal yang ditentukan melalui ICO (Initial Coin Offering) atau presale, memberikan keuntungan bagi mereka yang membeli lebih awal.
Contoh:
Ethereum melakukan ICO pada tahun 2014 dengan harga awal ETH yang sangat murah dibandingkan dengan harga pasar saat ini. Hal ini memberi keuntungan besar bagi investor awal.

 

13. Bitcoin Memiliki Keamanan Jaringan yang Lebih Tinggi

Karena sifatnya yang terdesentralisasi dan dikelola tanpa pihak ketiga, Bitcoin memiliki tingkat keamanan jaringan yang sangat tinggi. Setiap transaksi Bitcoin disimpan secara publik di blockchain dan membutuhkan konsensus dari seluruh jaringan untuk memvalidasi blok-blok baru. Hal ini menjadikannya lebih aman dan transparan dibandingkan dengan banyak kripto lainnya yang bisa memiliki titik kegagalan lebih tinggi.
Contoh:
Binance Coin (BNB), sebagai contoh, lebih rentan terhadap serangan keamanan yang melibatkan pihak ketiga (seperti bursa yang diserang) karena sebagian besar aset pengguna disimpan di bursa yang terpusat.

 

14. Bitcoin Tidak Memiliki Manusia yang Mengendalikannya

Bitcoin tidak bergantung pada satu individu atau kelompok yang mengendalikannya. Semua keputusan dalam pengembangan Bitcoin diambil melalui konsensus komunitas, dengan banyak pengembang dan pengguna yang terlibat dalam setiap keputusan besar. Sebaliknya, banyak proyek kripto lainnya memiliki satu pendiri atau tim pengelola yang berperan besar dalam arah proyek, seperti Vitalik Buterin untuk Ethereum atau Charles Hoskinson untuk Cardano.
Contoh:
Vitalik Buterin memiliki pengaruh besar dalam pengembangan Ethereum, termasuk keputusan untuk meningkatkan kapasitas jaringan dengan perubahan seperti Ethereum 2.0 dan transisi ke Proof-of-Stake. Sebaliknya, Bitcoin tidak memiliki satu sosok sentral yang memimpin dan mengendalikan seluruh proyek.

15. Bitcoin Menggunakan Timechain, Bukan Blockchain Semata

Bitcoin menggunakan istilah “timechain” untuk menggambarkan cara jaringan mencatat urutan transaksi dengan fokus utama pada urutan waktu yang aman dan terurut. Berbeda dengan istilah “blockchain” yang digunakan oleh banyak kripto lain, timechain Bitcoin menekankan pada pencatatan transaksi yang bersifat kronologis dan tidak dapat diubah, yang membuatnya lebih aman dan transparan. Bitcoin ingin memastikan bahwa setiap transaksi tercatat dalam urutan waktu yang jelas, bukan hanya sebagai bagian dari blok yang terhubung.
Contoh:
Ethereum juga menggunakan struktur blockchain namun tidak memiliki fokus yang sama terhadap urutan waktu. Ethereum lebih menekankan pada kontrak pintar dan aplikasi terdesentralisasi (dApps), sementara Bitcoin menjaga integritas urutan transaksi melalui konsep timechain yang lebih ketat.

 

16. Bitcoin Memakai Sistem Proof-of-Work

Bitcoin menggunakan sistem Proof-of-Work (PoW), di mana penambang menjalankan komputer khusus untuk memverifikasi transaksi dan mengamankan jaringan. Proses ini memang membutuhkan energi besar, namun hal ini juga yang membuat jaringan Bitcoin sangat aman dan terdesentralisasi.
Meskipun ada kekhawatiran mengenai dampak lingkungan, banyak penambang kini beralih ke sumber energi terbarukan seperti tenaga air, surya, dan panas bumi. Selain itu, konsumsi energi Bitcoin perlu dilihat dalam konteks yang adil—misalnya dibandingkan dengan industri perbankan global atau pertambangan emas yang juga menyerap energi besar.
Sebagai perbandingan, Ethereum telah beralih dari Proof-of-Work (PoW) ke Proof-of-Stake (PoS), yang memang lebih hemat energi. Namun, sistem PoS kerap dikritik karena cenderung memusatkan kekuasaan pada pihak-pihak dengan kepemilikan aset terbesar, sehingga melemahkan prinsip desentralisasi.
Bitcoin tetap mempertahankan PoW karena alasan keamanan, transparansi, dan resistensi terhadap sentralisasi. Bagi banyak pendukungnya, PoW bukan sekadar mekanisme teknis, melainkan fondasi utama yang menjaga keandalan, keterbukaan, dan nilai dari jaringan Bitcoin itu sendiri.

17. Bitcoin Tidak Tergantung pada Pihak Ketiga untuk Penyimpanan

Bitcoin dapat disimpan langsung di dompet pengguna tanpa memerlukan pihak ketiga, seperti bursa atau perusahaan pengelola dompet, yang meningkatkan kontrol pengguna terhadap aset mereka. Hal ini berbeda dengan banyak kripto lainnya yang sering kali bergantung pada penyedia layanan pihak ketiga untuk menyimpan dan mengelola kunci pribadi atau token.
Contoh:
Banyak pengguna Ethereum atau Binance Coin (BNB) sering kali menyimpan koin mereka di bursa atau dompet yang dikelola oleh perusahaan, yang membuka potensi risiko keamanan dan kontrol yang lebih rendah terhadap aset mereka.

 

18. Bitcoin Lebih Aman dari Potensi Rug-Pull

Salah satu risiko terbesar dalam banyak proyek kripto adalah potensi rug-pull, yaitu ketika tim pengembang atau pihak

terkait menarik dana dari pasar dengan cara yang tidak sah atau tidak transparan. Dalam banyak kasus, proyek kripto yang tidak terdesentralisasi penuh memiliki risiko yang lebih besar untuk rug-pull, di mana pengembang atau pihak tertentu dapat mengendalikan sejumlah besar token dan memanipulasi harga atau likuiditas. Bitcoin, karena desentralisasinya yang tinggi dan tidak ada satu entitas yang mengendalikannya, jauh lebih aman dari potensi rug-pull.
Contoh:
Kripto seperti Mantra DAO mengalami serangan rug-pull baru-baru ini, di mana pihak pengembang atau individu yang memiliki kontrol atas proyek menarik dana dalam jumlah besar dari pasar secara tiba-tiba, meninggalkan investor dengan kerugian signifikan. Bitcoin, karena tidak memiliki tim sentral yang mengelola aset atau kontrol penuh, jauh lebih sulit untuk diretas atau dimanipulasi dalam skenario rug-pull.

 

19. Jumlah Bitcoin Fix 21.000.000 Biji

Angka 21 juta dalam Bitcoin bukan sekadar batas jumlah koin, tapi merupakan fondasi utama dari nilai dan kepercayaan terhadapnya. Jumlah ini ditetapkan langsung oleh Satoshi Nakamoto dalam kode Bitcoin dan tidak bisa diubah tanpa mengubah seluruh jaringan—sesuatu yang nyaris mustahil karena sistemnya yang terdesentralisasi.
Setiap empat tahun, jumlah Bitcoin yang ditambang berkurang melalui proses halving, hingga akhirnya mencapai batas maksimal sekitar tahun 2140. Kelangkaan ini bukan janji, tapi hukum matematis yang transparan dan dijaga oleh seluruh jaringan. Inilah yang membuat angka 21 juta dianggap “sakral” dalam dunia kripto—sebagai simbol dari ketahanan terhadap inflasi dan manipulasi.
Sementara itu, kebanyakan kripto lain tidak memiliki batas supply yang mutlak. Supply-nya bisa berubah sesuai dengan kebutuhan teknis atau keputusan komunitas melalui sistem governance. Contohnya, Ethereum tidak menetapkan batas maksimal sejak awal dan bahkan mengubah mekanismenya agar sebagian ETH dibakar dalam setiap transaksi. Fleksibilitas ini memungkinkan inovasi, tapi juga berarti tidak ada jaminan kelangkaan seperti yang dimiliki Bitcoin.
Di sinilah perbedaannya: Bitcoin menjanjikan kelangkaan absolut, sementara kripto lain memilih keluwesan agar tetap relevan dan adaptif terhadap perkembangan teknologi dan pasar.

20. Bitcoin Tidak Mengadopsi Sistem Seperti Bunga atau Riba

Berbeda dengan banyak kripto seperti Ethereum, Solana, atau Cardano, Bitcoin tidak menawarkan fitur staking yang memungkinkan pengguna mengunci aset untuk mendapatkan penghasilan pasif. Sistem staking dalam Proof-of-Stake (PoS) sering dianggap mirip dengan riba dalam sistem keuangan tradisional—di mana seseorang bisa mendapatkan keuntungan hanya dengan memiliki aset, tanpa adanya kontribusi aktif atau usaha nyata.
Sementara itu, Bitcoin tetap menggunakan Proof-of-Work (PoW), di mana imbalan hanya diberikan kepada penambang yang menjalankan proses komputasi untuk mengamankan jaringan—yang melibatkan usaha nyata dan biaya. Ini berbeda dengan sistem fiat atau bunga, di mana keuntungan atau penghasilan sering kali dihasilkan hanya dari kepemilikan uang atau aset tanpa ada usaha aktif.
Dengan tidak mengandalkan sistem “penghasilan pasif” seperti staking, Bitcoin menjaga prinsip keadilan dan transparansi dalam distribusi nilai, tanpa bergantung pada model yang mirip dengan riba, yang menghasilkan keuntungan tanpa kontribusi nyata atau kerja keras.

 

21. Bitcoin seperti Penemuan Api dan Roda Bulat

Bitcoin bisa dianggap sebagai penemuan besar, setara dengan api dan roda bulat, dalam revolusi teknologi. Seperti api yang mengubah peradaban dengan memberikan cahaya dan kehangatan, Bitcoin mengubah sistem keuangan dunia dengan memungkinkan transaksi lebih cepat, murah, dan tanpa perantara seperti bank.
Sama seperti roda yang meningkatkan mobilitas manusia, timechain Bitcoin meningkatkan efisiensi transfer nilai dengan mencatat transaksi dalam urutan waktu yang tak bisa diubah.
Banyak kripto lain, seperti Ethereum, Solana, atau Cardano, hanya meniru konsep dasar Bitcoin tanpa memiliki kekuatan sistem yang sama. Mereka cenderung menggunakan Proof-of-Stake (PoS) atau mekanisme lainnya yang lebih cepat berinovasi, namun kurang terdesentralisasi dan berisiko lebih mudah dimanipulasi oleh pihak-pihak besar.
Bitcoin bukan hanya sekadar mata uang digital—ia adalah sistem yang kokoh dan teruji dengan prinsip yang tetap konsisten, sementara banyak kripto lain berusaha meniru, namun tidak memiliki fondasi sistem yang sama kuatnya seperti Bitcoin.

Jelajahi Dunia Bitcoin Secara Gratis Bersama Kami!

Meetup: Gabung bersama komunitas Bitcoin di kotamu! Ikut serta dalam meetups untuk lebih terlibat dan mengenal lebih banyak orang.
Dapatkan Tiket Gratis Di Sini

Media Sosial: Ikuti kami di Twitter dan Instagram di @bitcoinindo21 dan @bitcoinhousebali untuk tetap terupdate.
Telegram: Menjadi bagian dari komunitas kami! Ngobrol dan ikuti diskusi menarik.
Gabung grup Telegram kami di sini.

Program: My First Bitcoin
Belajar Bitcoin! Kami memiliki kelas My First Bitcoin Diploma di Bandung, Bali, Surabaya, dan online.
Daftar untuk kelas berikutnya di sini.

Bitcoin House Bali: Kunjungi Bitcoin House di Bali, tempat edukasi dan pusat komunitas di Bali—Bitcoin Island Indonesia!

Program Developer: Penasaran dengan sisi teknis Bitcoin? Daftar untuk kelas online Code Orange, dari pemula hingga ahli!

Workshop: Ikuti workshop seru untuk pemula, anak-anak, developer, dan lainnya!

Buku: Ambil buku kami atau pinjam buku favorit Anda di perpustakaan Bitcoin House Bali!

Podcast: Dengar obrolan seru dan berbobot tentang Bitcoin di Indonesia.

Hub Edukasi Online: Kunjungi bitcoinindonesia.xyz/edukasi untuk tutorial dan artikel yang mudah dipahami.

Acara Komunitas: Ikut acara seru setiap bulan seperti nonton bareng, bermain game, lari bersama, dan banyak lagi!

Program Developer: Daftar untuk program developer di sini!

Tantangan: Centang semua kotaknya! Semangat!

 

Close Menu

Bitcoin Indonesia Conference - Get Your Ticket Now!

X